Coming Soon: 'Pemadaman' Air Bersih Bergilir di Purwokerto

Air...air...oooh air.... Sumber vital kehidupan manusia di dunia. Setiap hari kita dianjurkan paling sedikit minum 8 gelas air sehari untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kelembaban kulit, belom lagi kita musti mandi 2 kali sehari yang pastinya pake air donk, trus nyuci baju juga kita butuh banget yang namanya air, buat cuci piring, buat masak, hmmm... apa jadinya klo air tiba-tiba mati yah? Klo gak ada air bersih lagi disekitar kita? Bener-bener bikin stres deh klo gak ada air. Dan sekarang kita dihadapkan pada situasi dimana air bersih mulai langka. Nah lho!
Iyah... Sekarang ini banyak daerah-daerah yang kekurangan bahkan sangat kekurangan pasokan air bersihnya.
Pertengahan bulan Agustus tercatat sekitar 947 desa mengalami kelangkaan air bersih, jumlah ini meningkat dari data yang tercatat pada bulan Juli yaitu 910 desa. Dan diantara beberapa daerah tersebut, Indramayu, Cirebon, Boyolali, Bogor, Blora, Sragen, dan Magelang sudah kewalahan dengan adanya kelangkaan air bersih. Berdasar data pemerintah kelangkaan air bersih banyak terjadi di Jawa Tengah sebanyak 353 desa, disusul peringkat kedua yaitu Jawa Barat sebanyak 121 desa, lalu NTB sebanyak 101 desa.

Jika setiap tahunnya perkembangan penduduk selalu meningkat, maka setiap tahunnya juga udah pasti kebutuhan akan air bersih meningkat pula. Padahal ketersediaan air bersih setiap tahunnya cenderung menurun. Di Pulau Jawa (yang dua diantaranya menduduki peringkat pertama dan kedua), hanya memiliki ketersediaan air sebanyak 1.750 meter kubik per kapita per tahun jauh dibawah standar kecukupan yaitu 2.000 meter kubik per kapita per tahun. Jika hal ini tidak ditanggulangi, diperkirakan ketersediaan air pada tahun 2020 hanya 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Bah! Gila juga...

Di Cirebon pemerintah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki kepada 6 ribu pelanggan di 3 kecamatan. Setiap harinya dikerahkan 22 mobil tangki di sejumlah desa di 3 kecamatan tersebut (Kecamatan Gunungjati, Suranenggala, dan Kapetakan). Hal ini disebabkan Water Treatment Plant (WTP) yang ada di Suranenggala tidak bisa mendapat pasokan air bersih dari Sungai Kumpul Wisata sehingga pengolahan air bersih di WTP sempat terhenti total.
Di Purwokerto, debit air PDAM sudah menyusut hingga 40 persen. Debit air yang sebelumnya 520 liter per detik kini turun hingga 280 liter per detik. Sehingga pasokan air kepada 40 ribu pelanggan menjadi tidak lancar. Khusus dalam kota debit air bahkan berkurang hingga 50 persen dari 180 liter per detik hingga 90 liter per detik. Jika hujan tidak turun sampai November mendatang, akan diambil kebijakan penggiliran pasokan air PDAM di Purwokerto. Seperti yang aku baca di sini, ketidaklancaran distribusi air dikeluhkan dan diungkapkan oleh seorang warga kober dan warga Perumahan Griya Satria Purwokerto .
*Celingak-celinguk* Perumahan Griya Satria yang mana yah? di Purwokerto ada 3 lokasi klo gak salah. Bukan di daerah rumah kita kan sayang? (secara abis menikah, rumah yang bakal aku dan suami tempatin di salah satu Perumahan Griya Satria)
Oia, *ambil angkat jari* di berkoh juga nih sering banget airnya keciiiiiil ngalirnya pak. Wah makin 'indah' aja hidup klo air juga ada 'pemadaman' bergilir.. Apalagi ntar klo jadwalnya barengan sama giliran pemadaman listrik.


3 comments:

Diana Yusuf said...

wah kacian neeh....enggak ada air yah.... pertama apa engga yah

endar fitrianto said...

griya satria mana nih. saya di gs juga lho

Unknown said...

Griya Satria 2 Pwt (belakang SPN & Purwokencana) perasaan air PDAM-nya lancar deh.