--------Under Construction--------

Read more

Menu malam ini: Javanesse Salad with Peanut Dressing

Untuk menu buka puasa malam ini aku pengen makan sayur2an. Enaknya apa ya? Pecel ato gado2 ya? Mmmm....Pecel aja deh. Hehehe... Sebenernya lebih pengen ke gado2nya, tapi berhubung aku dilarang makan telor (padahal itu yang paling bikin nafsu klo makan gado2, secara tadinya aku hobby berat makan telor rebus apalagi kuningnya) jadinya aku pilih pecel. Wiii....dinner pke salad nih... Yang jelas sehat dan mengandung banyak vitamin lah.. walopun belakangan nyokap complain "Mba', kok gak pake nasi kamu makannya??? Kamu kan seharian puasa, nanti kurang tenaga loh. Ayo pake nasi makannya!!"
Huff... Iyah...iyah... (pake cemberut dikit hehehe...). Hasilnya kenyaaaaaaaaaaaang.... Mo liat Salad versi Jawa dengan dressing bumbu kacangnya? Hmm... Nikmat banget deh...



Photobucket
Ini Sayurannya

Photobucket
Ini Bumbunya


Itu yang namanya pecel. Kalo gado2, ada lagi tambahannya. Gak cuma sayur2an yang ijo2 ajah tapi ada tempe, tahu, kentang, dan telor rebus... Kayak gini nih...


Photobucket
(Oops! Tempe, tahu, sama kentangnya gak keliatan)

Bener gak kalo aku bilang lebih menggoda iman??? Hehehehe... Eh, ada lagi bedanya. Bumbunya ada tambahan kalo dibanding bumbu pecel. Kalo buat gado2, bumbu pecelnya ditambahin sama kecap dan bawang merah goreng, diaduk2 sampe bener2 tercampur. Itu bedanya..
Tapi yang jelas dua2nya sama enaknya dan sama sehatnya. Apalagi makannya pke mendoan dan dage yang masih anget. Tambah enak!! Coba ajah... (Kalo ada yang pengen nyobain mendoan and dage, terutama dage nih soalnya hampir gak ada ditempat lain, dateng aja ke purwokerto)

Read more

Beautiful Side of Banyumas

Bahasa Banyumasan
Di daerah Banyumas berkembang bahasa Jawa dialek Banyumasan. Bahasa Banyumasan adalah bahasa yang lebih tua dari Bahasa Jawa yang berkembang saat ini. Bahasa Banyumasan memiliki spesifikasi berupa penggunaan vokal dan konsonan pada akhir kata yang diucapkan dengan jelas. Hal ini ditandai dengan beberapa kata dalam Bahasa Kawi, yang merupakan nenek moyang dari Bahasa Jawa, yang masih dipakai dalam logat banyumasan seperti kata rika (kamu) juga kata inyong (aku) yang berasal dari kata ingong serta pengucapan vokal a secara utuh yang menjadi pengucapan logat banyumasan seperti halnya Bahasa Kawi/Sansekerta.
Sebelum terkena pengaruh dari keraton/kerajaan, Bahasa Jawa hampir tidak ada perbedaan antara krama inggil dan ngoko. Setelah masa-masa kerajaan Jawa, maka Bahasa Jawa mengalami penghalusan yaitu bahasa yang dipakai oleh rakyat biasa dan yang dipakai oleh keluarga kerajaan dibedakan pengucapannya walaupun maknanya sama.
Selain pengucapan pada vokal 'a' yang diucapkan secara utuh (bukan seperti kebanyakan logat bahasa Jawa lainnya yang diucapkan menyerupai vokal 'o'), logat ini mempunyai penekanan huruf-huruf dengan lebih jelas atau tebal, seperti huruf 'k' diakhir kata dibaca mendekati bunyi huruf 'g', huruf 'p' dibaca mendekati bunyi huruf 'b', juga ada beberapa partikel tambahan yang bisa dijadikan ciri logat banyumasan seperti
lah, yuh, la, thok, baén, géh, gyéh, baé, mbok, dan lain-lain. Bahasa logat banyumasan lebih banyak dipakai pada penggunaan sehari-hari dalam pergaulan. Bahasa dengan dialek banyumasan tidak hanya bisa memancing ledakan tawa bagi orang lain, bahasa Jawa Banyumasan juga dianggap memiliki potensi untuk tampil dalam kedudukan, fungsi, dan peran yang lebih luas dan bermakna. Bahkan dibandingkan dengan pendukung dialek lain, penutur bahasa banyumasan sebenarnya tergolong banyak. Disamping orang-orang yang lahir dan besar di wilayah Banyumas, tidak sedikit pula orang-orang yang telah lama tinggal di beberapa kota lain di luar Banyumas, tetap mencintai bahasa banyumasan dan memiliki suatu komunitas yang biasanya disebut komunitas panginyongan.
Sekalipun demikian, kekhawatiran akan kepunahan bahasa Banyumasan terus mengemuka seiring dengan kecemasan akan hilangnya sarana sikap penjorangan itu. Saat ini, bahasa Banyumasan mulai ditinggalkan oleh yang punya. Banyak wong panginyongan (sebutan bagi orang asli banyumas) yang berumur 40 - 50 tahun yang sudah tidak fasih lagi berbicara banyumasan. makin banyak pula keluarga yang hanya menggunakan bahasa Indonesia saja dalam penuturan sehari-hari, terutama yang tinggal di daerah perkotaan, sekalipun mereka merupakan pasangan yang lahir dan besar di banyumas dan dengan bahasa banyumas juga.
Ada anggapan bahwa bahasa banyumasan kurang memiliki gengsi dan tidak terlalu bermanfaat. Padahal dengan kemampuan berdwibahasa akan dapat memperkaya khazanah bahasa. Terlebih bahasa tersebut merupakan bahasa ibu.
Gejala melunturnya kebanggaan orang banyumas terhadap bahasanya tidak terlepas dari persepsi mereka terhadap unsur budaya yang mereka punya itu. Banyak orang Banyumas yang diam-diam merasa rendah diri jika berhadapan dengan orang dari wilayah jogja/solo. Orang banyumas cenderung menganggap bahasanya tidak bagus, kasar, ndesani, dan lain-lain. Mereka menganggap orang jogja/solo merupakan majikan, priyayi, bahasanya lebih sopan dan halus, sedangkan orang banyumas menganggap mereka hanya keturunan orang kecil, miskin, petani, dan lain sebagainya.
Bahasa banyumasan ini masih saja dianggap sebagai bahasa yang hanya mampu memancing tawa bagi pendukung subkultur lain, sehingga dalam pakeliran hanya mendapat porsi paling banyak pada adegan gara-gara, sebagai alat komunikasi orang-orang bawahan. Dari tulisan, ada beberapa teks sastra klasik yang ditulis dalam bahasa banyumasan seperti Sejarah Wirasaba, Babad Wirasaba Kejawar, Serat Soedjarah Banjoemas, dan Lampahan Kramane Palasara, namun semua itu sepertinya tidak terlalu populer di kalangan masyarakat banyumas. Karena itu ledekan yang menyatakan bahwa bahasa Jawa dialek banyumasan sekedar bahasa lawakan/lisan terus saja menggema. Padahal setiap bahasa itu unik, tidak ada yang kasar ataupun yang halus. Seperti dikutip dari pernyataan sosiolinguis Banyumasan, Dr. Fathur Rokhman, berikut:


"Tidak ada satu bahasa yang lebih halus atau lebih kasar dari bahasa lain. Jika kelugasan sebagai ciri bahasa Banyumasan dianggap kasar, justru disitulah terletak sesuatu yang membanggakan. Cablaka adalah karakteristik yang perlu dibanggakan"

Kesenian Banyumasan
Kentongan
Kentongan merupakan jenis pertunjukkan massal yang menggunakan kentong sebagai perangkat utamanya. Perangkat kentong dibuat dari potongan bambu yang dilubangi agak memanjang di bagian sampingnya. Di Banyumas, kentongan merupakan salah satu kesenian yang biasa digelar pada upacara-upacara resmi sebagai suatu hiburan untuk tamu-tamu yang hadir. Bahkan di wilayah Banyumas sudah ada festival resmi kentongan sehingga makin banyak kelompok-kelompok kentongan yang bermunculan disini. Disamping kentong, dalam satu kelompok biasanya juga dilengkapi berbagai perangkat tambahan agar bunyinya semakin semarak. Perangkat tambahan itu antara lain berupa beduk, kecrek, seruling, dan lain sebagainya. Dalam satu regu kentongan terdiri dari sekitar 20 orang pemain dan dipimpin oleh mayoret. Pemain kentongan biasanya berjenis kelamin laki-laki.
Calung
Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong, dan kendang. Dalam penyajiannya, calung diiringi vokalis yang disebut sinden. Perangkat musik ini berlaras slendro dengan nada ji(1), ro(2), lu(3), ma(5), dan nem(6).
Bongkel
Musik tradisional mirip angklung, hanya terdiri dari satu buah instrumen dengan empat bilah berlaras slendro dengan nada ro(2), lu(3), ma(5), dan nem(6).
Karawitan Gagrag Banyumas
Merupakan salah satu gaya dalam karawitan jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumasan. Karawitan gagrag banyumasan memiliki 3 warna yaitu wetanan, kulonan, dan banyumasan. Warna wetanan dalam karawitan ini dipengaruhi oleh karawitan kraton (Surakarta dan Jogjakarta). Warna kulonan dipengaruhi oleh karawitan gaya Sunda. Adapun warna banyumasan adalah warna yang khas yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang bernafas kerakyatan. Ketiga warna tersebut dijumpai pada bentuk gending, garap gending, dan garap instrumen dalam setiap penyajiannya.
Karawitan gagrag banyumasan disajikan dalam perangkat gamelan ageng namun dapat pula disajikan dengan menggunakan perangkat musik calung atau angklung yang merupakan perangkat musik khas Banyumas.
Cagenjring
Dalam cagenjring, alat musik tabuh semacam rebana dan gendang berpadu dalam satu harmonisasi melodi, ditambah alunan calung, kentongan, dan tamborin yang dimodifikasi sedemikian rupa. Selain itu terdapat juga bedug karet serta alat musik baru yang dibuat dari bambu bernama kentur. Kentur mirip dengan angklung namun ditambah dengan modifikasi berupa bantalan karet.
Pertunjukkan cagenjring ditampilkan bersama dengan penari lengger dan lantunan nyanyian dari sinden. Cagenjring merupakan permainan musik khas banyumasan yang didominasi rasa yang tumbuh dalam irama kehidupan banyumas yang penuh kelugasan dan apa adanya.

Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket

Ebeg
Ebeg merupakan tarian tradisional khas Banyumas yang menggunalan kuda kepang (ebeg) sebagai propertinya. Kuda kepang tersebut dibuat dari anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan dihiasi kencringan. Dalam tarian ini digambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan berbagai atraksinya dan biasanya dibawakan oleh 8 orang penari pria. Penarinya menggunakan celana sebatas lutut, kacamata hitam, mahkota, serta sumping ditelinga. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan. Dalam salah satu atraksi, yang paling menarik adalah pada saat penari kerasukan (mendem), mereka memakan pecahan kaca, barang-barang tajam, mengupas kelapa dengan gigi, memakan bara api, dan lain-lain. Tarian ini diiringi oleh permainan gamelan dan dilengkapi oleh sintren (penari pria yang berdandan seperti wanita) dalam sebuah kurungan. Tarian ini biasanya dipertunjukkan di lapangan atau halaman yang luas.

Photobucket

Lengger
Lengger dibawakan oleh 2 orang penari wanita atau lebih dimana pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang atau lebih penari pria yang biasa disebut badhud. Lengger merupakan tarian tradisional Banyumasan yang masih tumbuh subur di wilayah Banyumas. Lengger dipertunjukkan dengan iringan musik calung.

Photobucket


Photobucket


Photobucket


Sangat menarik dan indah bukan? Lalu, sudahkah kita bangga dengan budaya yang kita miliki? Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan kita dan membuat kita makin mencintai budaya dan seni yang kita miliki.
"Inyong bangga dadi wong Banyumas"



Sumber:
  • banyumaskab.go.id
  • ngapak.com
  • buku refrensi "Babad Banyumas"
Read more

Coming Soon: 'Pemadaman' Air Bersih Bergilir di Purwokerto

Air...air...oooh air.... Sumber vital kehidupan manusia di dunia. Setiap hari kita dianjurkan paling sedikit minum 8 gelas air sehari untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kelembaban kulit, belom lagi kita musti mandi 2 kali sehari yang pastinya pake air donk, trus nyuci baju juga kita butuh banget yang namanya air, buat cuci piring, buat masak, hmmm... apa jadinya klo air tiba-tiba mati yah? Klo gak ada air bersih lagi disekitar kita? Bener-bener bikin stres deh klo gak ada air. Dan sekarang kita dihadapkan pada situasi dimana air bersih mulai langka. Nah lho!
Iyah... Sekarang ini banyak daerah-daerah yang kekurangan bahkan sangat kekurangan pasokan air bersihnya.
Pertengahan bulan Agustus tercatat sekitar 947 desa mengalami kelangkaan air bersih, jumlah ini meningkat dari data yang tercatat pada bulan Juli yaitu 910 desa. Dan diantara beberapa daerah tersebut, Indramayu, Cirebon, Boyolali, Bogor, Blora, Sragen, dan Magelang sudah kewalahan dengan adanya kelangkaan air bersih. Berdasar data pemerintah kelangkaan air bersih banyak terjadi di Jawa Tengah sebanyak 353 desa, disusul peringkat kedua yaitu Jawa Barat sebanyak 121 desa, lalu NTB sebanyak 101 desa.

Jika setiap tahunnya perkembangan penduduk selalu meningkat, maka setiap tahunnya juga udah pasti kebutuhan akan air bersih meningkat pula. Padahal ketersediaan air bersih setiap tahunnya cenderung menurun. Di Pulau Jawa (yang dua diantaranya menduduki peringkat pertama dan kedua), hanya memiliki ketersediaan air sebanyak 1.750 meter kubik per kapita per tahun jauh dibawah standar kecukupan yaitu 2.000 meter kubik per kapita per tahun. Jika hal ini tidak ditanggulangi, diperkirakan ketersediaan air pada tahun 2020 hanya 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Bah! Gila juga...

Di Cirebon pemerintah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki kepada 6 ribu pelanggan di 3 kecamatan. Setiap harinya dikerahkan 22 mobil tangki di sejumlah desa di 3 kecamatan tersebut (Kecamatan Gunungjati, Suranenggala, dan Kapetakan). Hal ini disebabkan Water Treatment Plant (WTP) yang ada di Suranenggala tidak bisa mendapat pasokan air bersih dari Sungai Kumpul Wisata sehingga pengolahan air bersih di WTP sempat terhenti total.
Di Purwokerto, debit air PDAM sudah menyusut hingga 40 persen. Debit air yang sebelumnya 520 liter per detik kini turun hingga 280 liter per detik. Sehingga pasokan air kepada 40 ribu pelanggan menjadi tidak lancar. Khusus dalam kota debit air bahkan berkurang hingga 50 persen dari 180 liter per detik hingga 90 liter per detik. Jika hujan tidak turun sampai November mendatang, akan diambil kebijakan penggiliran pasokan air PDAM di Purwokerto. Seperti yang aku baca di sini, ketidaklancaran distribusi air dikeluhkan dan diungkapkan oleh seorang warga kober dan warga Perumahan Griya Satria Purwokerto .
*Celingak-celinguk* Perumahan Griya Satria yang mana yah? di Purwokerto ada 3 lokasi klo gak salah. Bukan di daerah rumah kita kan sayang? (secara abis menikah, rumah yang bakal aku dan suami tempatin di salah satu Perumahan Griya Satria)
Oia, *ambil angkat jari* di berkoh juga nih sering banget airnya keciiiiiil ngalirnya pak. Wah makin 'indah' aja hidup klo air juga ada 'pemadaman' bergilir.. Apalagi ntar klo jadwalnya barengan sama giliran pemadaman listrik.


Read more

Music Therapy

Dengerin musik paling bisa bikin mood cheer up lagi lho... Ini senjata andalan aku klo mood lagi drop. Paling ampuh! Makanya paling gak bisa jauh2 dari mp3... Dari yang mellow nyampe yang upbeat bikin sensasi yang beda2. Jadi tergantung mood juga mau dengerin yang mana... Hehehe...
Kalo musik aku paling suka dengerin musik akustik. Rasanya lebih adem ajah... Dari segala jenis musik klo udah di cover ke akustik hawa2nya bakal beda. Musik kayak gini yang bikin mood aku balance lagi nih..
Berdasar pada salah satu teori dimana musik dapat meningkatkan kecerdasan seseorang (baca: anak), disamping itu juga yang lebih konkrit dan orang pun sadar bahwa mendengarkan musik dapat membantu memperbaiki suasana hati dalam diri mereka. Suasana yang tenang dapat membantu mereka berpikir secara tenang pula, sebaliknya suasana yang buruk dapat berdampak pada malasnya mereka melakukan kegiatan, tidak dapat berpikir dengan baik, bersikap serampangan, dan bermacam-macam hal lainnya.
Terapi musik boleh dibilang semacam healthcare yang menggunakan musik dalam menunjukkan kebutuhan fisik, emosi, kognitif, dan sosial suatu individu dalam berbagai usia. Terapi musik dapat memperbaiki kualitas hidup seseorang ke arah yang lebih baik juga memenuhi kebutuhan anak-anak dan dewasa yang sedang mengalami kepedihan atau sakit.

Klo lagi sebel, insomnia kumat, pengen marah2, pengen nangis, obatnya cukup pasang headset and play my playlist. Hihihihi... Tapi beneran lho. Asal musiknya disesuain ajah... Klo lagi sedih jangan juga donk dengerin musik yang merintih2, mellow abis, and syairnya menyedihkan. Bisa2 malah tambah down and keluar airmata.. Hehehe... Ato klo lagi marah trus dengerin musik2 hardcore... Malah mancing emosi kali tuh. Yang ada bukannya bikin adem malah tambah mendidih kemarahanmu. Halah... Hehehehe...
Eh, mau denger musik2 yang ada di playlistku? Siapa tau aja c bisa buat terapi mood kamu juga.. Hehehe... Masalah selera juga c cocok apa enggaknya. Dengerin ajah deh...
Hope you enjoy it!
Read more